Kamis, 08 Desember 2011

Hilangkan Kebiasaan Merokok

Berikut tips mengurangi rokok.
Jangan membawa korek api atau pemantik
Untuk merokok dibutuhkan korek api atau pemantik –kalau Anda terbiasa menyalakan rokok dengan menggesek batu atau kayu ya silakan saja :)) Dengan membiasakan diri untuk selalu tidak membawa korek api atau pemantik, maka kita akan susah dan berusaha meminjam ke orang lain setiap kali mau merokok. Hal ini sudah saya lakukan cukup lama bahkan sudah menjadi salah satu ciri khas saya dimata teman-teman ;)
Sisi positif yang akan kita dapatkan dari kebiasaan ini: Tidak akan bisa merokok sesuka hati, tetapi tergantung apakah ada orang disekitar kita yang bisa kita pinjami korek api atau pemantik Bisa mendapat teman baru, siapa tahu orang yang meminjami kita ternyata menawarkan proyek :d Tetapi, bisa juga menjadi omongan yang tidak enak kedengarannya, "Ini orang gak punya duit apa ya? korek ajah pinjem." :)) Tidak apa-apa, dengan begini kita akan berpikir ulang saat mau meminjam korek api atau pemantik ke orang lain ;) Hilangkan semua korek api atau pemantik di tempat tinggal kita Di rumah saya agak susah mencari korek api atau pemantik, saya menyalakan rokok menggunakan kompor gas :)) Hilangkan semua korek api atau pemantik yang kita pinjam Dengan cara ini saya jamin tidak akan ada seorang pun yang mengenal Anda akan meminjamkan korek api atau pemantiknya :)) Dan Anda juga akan kapok jika melakukan hal ini kepada orang yang belum Anda kenal, apalagi jika pemantik yang Anda pinjam adalah pemantik dengan merek Zippo =)) Habiskan dan jangan dibuang Maksudnya, jika Anda telah membeli sebungkus rokok dan belum habis karena menjalankan tips nomor 1, 2 dan 3. Lalu rokok sudah berasa asem karena masuk angin, Anda harus bertanggung jawab untuk tetap menghabiskannya! Ini akan membuat Anda berhitung dan berpikir untuk melakukan tip nomor 5. Membeli rokok batangan Saran saya, belilah mulai dari setengah bungkus lalu menurun sampai pada beli satu atau dua batang. Ini harus Anda lakukan dengan komitmen yang kuat. Jadi Anda harus tetap melakukan hal ini walaupun Anda sedang memegang uang dengan pecahan yang cukup besar untuk membeli satu atau dua batang rokok. Sisi positif yang akan Anda dapatkan: Anda akan malu jika membeli satu atau dua batang rokok dengan pecahan uang ditangan Anda yang cukup besar. Pada akhirnya Anda mungkin akan mengurungkan diri untuk membeli rokok. Dengan kata lain, Anda hanya akan membeli rokok jika punya uang recehan. Anda juga mungkin punya rasa gengsi untuk mampir ke warung hanya untuk membeli satu atau dua batang rokok. Tidak apa-apa, gengsi seperti ini justru berdampak positif bagi keinginan Anda untuk mengurangi rokok. Nah, kalau Anda sudah berkomitmen seperti ini maka Anda juga tidak bisa membeli rokok di supermarket kan? Mana ada supermarket atau minimarket yang menjual rokok batangan ;)

BAHAN PENYUSUN ROKOK

Berikut adalah beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam rokok:[3]
Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks. Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik. Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil.
Sedangkan asap yang dihasilkan rokok mengandung tar. Tar itu sendiri mengandung banyak bahan beracun ke dalam tubuh. Ini adalah substansi, tebal lengket, dan ketika menghirup itu melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Organ ini melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika tertutup tar organ ini tidak dapat melakukan fungsinya. Tar juga melapisi dinding sistem respirasi secara keseluruhan, mempersempit tabung yang transportasi udara (yang bronchioles) dan mengurangi elastisitas paru-paru. Yang pada akhirnya menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit pernafasan kronis.
Selain itu asap ini juga mengandung karbon monoksida. Karbon monoksida adalah bahan kimia beracun ditemukan dalam asap buangan mobil. Hal inilah yang kemudian bisa menurunkan jumlah oksigen dalam darah dan menghalangi semua kinerja organ pensuply oksigen di dalam tubuh. Karena tubuh kurang oksigen membuat jantung mengalami penebalan dan bekerja lebih keras memompa darah. Inilah penyebab utama seorang perokok bisa mengalami serangan jantung secara mendadak.

ROKOK = PENENANGKAN DAN MEMATIKAN

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. Rokok berdasarkan bahan pembungkus. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok berdasarkan proses pembuatannya. Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian : Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain. Rokok berdasarkan penggunaan filter. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

Mahasiswa = Masyarakat

Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, dan punya perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan dan merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis dan politik. Oleh sebab itu adanya miniature state dikalangan mahasiswa merupakan proses pembelajaran politik untuk mahasiswa walaupun pada akhirnya dalam tataran politik praktis, gerakan-gerakan mahasiswa idealnya harus tetap bersifat independent dan tidak terjebak pada sikap pragmatis dan oportunis. Tapi pada kenyataannya saat ini banyak gerakan mahasiswa yang sudah ditumpangi elit-elit politik sehingga mereka tidak bisa bergerak bebas untuk menjalankan fungsinya sebagai alat control politik karena terikat perjanjian dengan elit politik tersebut. Hal inipun disinyalir penyebabab melempemnya gerakan mahasiswa pasca reformasi.
Selain itu telah terjadi fragmentasi di intern gerakan mahasiswa itu sendiri yang disebabkan perbedaan ideology dan cara pandang terhadap permasalahan tertentu, dan munculnya mahasiswa opurtunis di tubuh gerakan mahasiswa dimanfaatkan kepentingan individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan eksistensi mereka. Bahkan ada stigma yang berkembang di masyrakat bahwa untuk membiyai kebutuhan logistic organisasi agar program kerja organisasi tetap terlaksana akhirnya gerakan mahasiswa pun terjebak pada UUD “Ujung-Ujungya Duit” dan tumbuhlah budaya ABS “Asal Bapak Senang”, hal ini merupakan momok bagi pergerakan mahasiswa yang selama ini dikenal sebagai golongan masyarakat yang idealis dan berpihak pada masyarakat.
Untuk mengembalikan kembali image itu kita perlu belajar pada sejarah sebagaimana pepatah para ilmuan Prancis , L’ Histoire Se Repete (sejarah akan selalu berulang) untuk itu maka sepatutnyalah saat ini gerakan mahasiswa mulai merekontruksi soliditas gerakan dan menjalin komunikasi lintas gerakan dengan menghilangkan kecurigaan dan merasa benar sendiri (high egoisme), dan mulailah untuk kembali menata idealisme dan mengavaluasi format gerakan mahasiswa selama ini. Hal-hal tersebut harus diupayakan dalam rangka mengefektifkan kembali mahasiswa sebagai preasure penguasa. MAHASISWA yang memiliki predikat educated midle class dari dulu hingga kini akan selalu memiliki fungsi strategis, yaitu sebagai iron stock, agent of change, dan social control. Yang terakhir disebut adalah fungsi mahasiswa secara taktis yang merespons realitas di masyarakat untuk menjaga keseimbangan sosial antara pemerintah sebagai pengelola dan rakyat sebagai yang dikelola. Sebagai social control (kontrol sosial) mahasiswa mendapat beban moral menjadi penengah antara kaum elite dan alit, menjadi mediator publik.
Fungsi taktis mahasiswa sebagai kontrol sosial dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu peran mahasiswa sebagai "alarm" dan peran mahasiswa sebagai "palu". Sebagai alarm mahasiswa berfungsi sebagai pemberi sinyal adanya kesenjangan antara harapan publik dan penguasa sebagai pemberi hak publik. Secara otomatis, sinyal itu menjadi alarm bagi pemerintah untuk melakukan koreksi diri. Dengan kata lain, mahasiswa melakukan gerakan untuk mengingatkan pemerintah melalui aksi-aksi mahasiswa, baik aksi agitasi maupun aksi turun ke jalan. Peran ini menjadi alternatif pertama gerakan mahasiswa sebagai kontrol sosial yang memiliki dampak tak langsung dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Peran kedua mahasiswa sebagai palu adalah alternatif berikutnya yang ditempuh ketika peran sebagai alarm tidak membuahkan solusi pasti. Pada tahap ini gerakan mahasiswa langsung berdampak pada perubahan sosial. Mahasiswa tidak lagi bersifat pasif, akan tetapi aktif dalam melakukan perubahan sosial. Peran mahasiswa dalam melakukan kontrol sosial mutlak diperlukan untuk mencegah adanya akumulasi kekuasaan di tubuh pemerintahan yang sedang berjalan.
Kebekuan gerakan mahasiswa selama 32 tahun pada masa pemerintahan Soeharto menjadi jalan bebas hambatan bagi pemerintah saat itu dalam mengabadikan kekuasaan. Fakta ini membuktikan bahwa mahasiswa sebagai kontrol sosial menjadi garda terdepan dalam menjaga kestabilan sosial. Fungsi taktis yang menopang peran mahasiswa dalam mengawasi pemerintah bukan tanpa masalah. Saat ini mahasiswa mulai kehilangan format gerakan yang tepat dalam menjalankan fungsinya tersebut. Gerakan yang dilakukan mahasiswa harus bisa menjadi problem solver yang memecah kebuntuan polemik pemerintah yang berkuasa. Sudah saatnya mahasiswa kembali merevitalisasi gerakannya dalam mengawasi pemerintah. Melakukan aksi moral intelektual dalam memformat gerakan mahasiswa, menjaga idealisme tanpa melupakan realitas lingkungan, melakukan gerakan yang bersinergi dengan logika perut rakyat serta membangun sense of crisis mahasiswa. Dengan hal-hal tersebut mahasiswa dapat melakukan fungsi taktisnya dalam mengawasi pemerintah, dalam hal ini mahasiswa menjadikan pemerintah tidak sebagai musuh akan tetapi mitra menyejahterakan masyarakat.

Rabu, 07 Desember 2011

3 Kriteria Guru Indonesia

Indonesia memiliki jumlah guru sebanyak 3.4 juta orang. Dari sekian juta guru tersebut, mereka terbagi menjadi tiga ketegori.
Aris Setyawan, motivator muda Indonesia, menjelaskan ketiga kategori itu adalah kategori 1. Guru nyasar, 2. Guru bayar 3. Guru sadar. "Ketiga kategori ini nyata dan dimiliki oleh Indonesia," kata dia saat mengisi sesi motivator "Guru Kreatif Pendidikan Berkualitas" di Wisma Syahida, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangsel, Kamis (8/12).
Kategori pertama Guru NYASAR... Guru tipe ini merupakan sosok yang hanya melihat guru sebagai sebuah profesi alternatif di tengah kesulitan mencari kerja. "Tipe ini yang penting kerja, memberikan materi seadanya, pasang muka "killer", dan selalu memarahi muridnya dengan kata-kata yang tidak seharusnya terucap," kata dia. Kategori kedua Guru BAYAR. Menurut Ari, guru ini memiliki tipikal di awal bulan penuh semangat mengajar. Tapi di akhir bulan, tipe ini pun lemas. Biasanya guru kategori ini tidak pernah menghafal nama anak didiknya. "Bila diumpamakan, ada uang aku sayang, tidak ada uang aku melayang," ujarnya.
Kategori ketiga Guru SADAR. Guru kategori ini akan memposisikan diri sebagai orang tua. Anak didiknya dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. Ia sadar bergaji kecil, tapi lebih mengharapkan gaji yang cair di akhirat. Ia juga kenal dekat dengan siswa dan orang tuanya. "Guru ini mampu menyenangkan dan menggerakan semangat siswanya," kata dia. Harapanya, lanjut Ari, anak-anak didik Indonesia mendapat guru sadar. Kalaupun ada guru nyasar dan bayar, harapannya berubah menjadi guru sadar. "Tanpa guru, apa jadinya negara ini. Tapi kembali lagi, apakah anda semua ingin menjadi guru nyasar, bayar atau sadar,'' katanya. ''Semua itu tergantung nurani dan ketulusan anda saat memilih profesi guru."

TOKOH GURU TELADAN (Uang Bukanlah Segalanya)

Seringkah kita melihat atau merasakan...ketika anda semua melihat Pamflet di bawah ini.....

Tapi..hal itu tidak hanya menimpa dan dirasakan oleh anak-anak kita semata, tetapi oleh para guru itu sendiri... Kini, saya akan memberikan gambaran mengenai bakti seorang guru, terlantar tapi bukan berarti akan menelantarkan murid-murid kesayangannya... Usia 23 tahun merupakan usia terbilang muda bagi seorang remaja untuk memutuskan hidup mandiri. Apalagi, memiliki keberanian untuk mendirikan sekolah di sebuah lokasi transmigran yang terletak di kawasan pelosok yang belum terjamah. Dialah Edi Mohammad Muhtar, yang pada tahun 1991, dalam usia remaja, nekat meninggalkan tanah kelahirannya di Cianjur, Jawa Barat. Edi mengadu nasib ke Kampar (sekarang Pelalawan), Riau.

Ia menetap di sebuah kecamatan terpencil, Ukui, yang masuk dalam wilayah Kabupaten Pelalawan. Untuk mencapai Ukui dari Pekanbaru, diperlukan waktu sekitar 4 jam menggunakan mobil atau motor. Sama sekali tidak ada angkutan umum. Medan yang harus dilalui menuju Ukui pun terbilang berat. Kawasan itu terletak di tengah perkebunan kelapa sawit. Jalan berliku mendaki bukit dan hanya beralaskan tanah sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Ukui. Edi mengisahkan, selesai menamatkan pendidikan guru agama (PGA) pada tahun 1988, dirinya sempat mengajar sebagai tenaga honorer di Cianjur. Saat ada program transmigrasi pemerintah pada tahun 1991, Edi meninggalkan keluarganya yang tinggal di kota itu menuju Riau.

Pada waktu itu, usia Edi 23 tahun. Dengan bantuan petugas transmigrasi, Edi pun akhirnya mencapai Ukui bersama ratusan transmigran lain dari Pulau Jawa. Sesampainya di kota kecil itu, Edi menyimpan rasa kaget luar biasa, saat melihat wilayah yang akan didiaminya. "Wah dulu ini sebelum ada sawit, hutan semua. Pohon-pohon tinggi, masih ada harimau, macan, dan gajah yang bisa dilihat dekat rumah," kata Edi, Kamis (24/11/2011), saat dijumpai Kompas.com, di SDN 012 Silikuan Hulu, Riau. Seiring dengan perjalanan waktu, kawasan Ukui mulai berubah "wajah". Rumah-rumah tinggal mulai dibangun, dengan perkebunan sawit yang luasnya mencapai ratusan ribu hektar. Binatang-binatang liar pun mulai menyingkir.


Membangun pendidikan di Ukui Ketika itu, Edi tinggal bersama orangtua angkatnya yang sudah lebih dulu mengikuti program transmigrasi di Ukui. Saat awal menginjakkan kaki di sana, Edi sempat luntang lantung tanpa pekerjaan. Pasalnya, mayoritas penduduk Ukui adalah petani sawit dan menjadi petani sawit bukanlah hasrat Edi. "Akhirnya, karena latar belakang saya guru, saya waktu itu sudah ingin sekali mengajar. Tapi tidak ada sekolah," katanya. Edi mengenang, pada tahun 1991, hanya ada satu sekolah di Kecamatan Ukui. Sementara, ada 15 desa di Ukui yang tersebar di bukit-bukit.

Akhirnya, Edi pun memutuskan membantu temannya sebagai tenaga honorer guru agama di sebuah sekolah dasar (SD) yang letaknya belasan kilometer dari desanya di Silikuan Hulu. "Dulu, gaji saya sebulan Rp 30.000-Rp 40.000. Zaman dulu sih udah cukup itu. Apalagi, di pedalaman begini enggak butuh banyak," ujar Edi. Setelah setahun mengabdi di sana, Edi memutuskan keluar. Ia ingin mewujudkan mimpinya yaitu mendirikan sekolah di tengah-tengah masyarakat Silikuan Hulu. Motivasinya cukup sederhana. Edi merasa miris melihat banyak anak-anak di Silikuan Hulu tidak mengenyam pendidikan akibat sulitnya akses menuju sekolah terdekat. "Karena dari awal sudah ada pendidikan guru, jadi jiwa pendidik saya selalu melekat.

Dulu saya berpikir kalau tidak ada sekolah di lokasi transmigrasi, bagaimana mau membangun kota ini?" papar Edi. Untuk mewujudkan mimpinya itu, Edi melakukan lobi ke berbagai pihak. Dukungan dari seluruh masyarakat Silikuan Hulu pun dikantonginya. Dengan dana swadaya masyarakat, Edi membangun sekolah dasar. "Waktu itu belajarnya masih di barak-barak di lapangan dan di rumah-rumah warga. Pengajar juga dari warga semua, enggak ada yang pendidikan resmi. Belajar pokoknya seadanya, ha-ha-ha," kata pria berkumis ini sambil tertawa. Lambat laun, Edi bersama warga sekitar juga mulai membangun Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). "Semua dari bantuan masyarakat," katanya. Pemerintah daerah melalui Kabupaten Kampar pada akhir tahun 1992 akhirnya memberikan bantuan berupa bangunan permanen.

Sekolah kemudian berubah nama menjadi SDN Air Putih lalu berubah lagi menjadi SDN 012 Silikuan Hulu. Edi menceritakan, saat itu, desa Silikuan Hulu merupakan bagian dari Desa Air Putih. Tetapi, sejak tahun 2000-an, Desa Silikuan Hulu berdiri sendiri di bawah Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Ketika gedung baru sudah didapat, proses belajar mengajar pun berlangsung formal sesuai dengan aturan yang ditetapkan Dinas Pendidikan Riau. Namun, tetap dengan segala keterbatasan yang ada di kawasan pedalaman. "Beda pedalaman dengan kota itu jauh," ucap Edi. Di kota, katanya, fasilitas serba memadai. Sementara di pedalaman, untuk mendapatkan buku saja harus menunggu giliran. Buku-buku yang ada akhirnya dipakai bersama-sama oleh para siswa. Dengan sulitnya mendapat buku, Edi pun tak bermimpi membangun perpustakaan. "Mana bisa bangun perpustakaan? Orang ruangannya enggak ada. Bukunya apa lagi," canda Edi.


Tetapi, pada tahun 2010, melalui program Pelita Pustaka Tanoto Foundation, SDN 012 Silikuan Hulu mendapatkan bantuan 120 buku pinjaman dan pelatihan gratis tentang manajemen perpustakaan. Namun, program itu tidak memberikan dana untuk membangun perpustakaan. "Iya kurangnya karena tidak ada dana. Kami berpikir, perpustakaan itu penting untuk anak-anak. Akhirnya bahan-bahan kayu yang ada di sekitar kami dikumpulkan dan bangun sendiri," ujar ayah satu anak ini. Untuk pembangunan perpustakaan mini berukuran 7x8 meter ini, para orangtua siswa juga turt berkontribusi dengan menyumbangkan Rp 70.000. Meski sederhana dan terbuat dari kayu tanpa ada lampu penerangan, para siswa ternyata tetap antusias. "Kami bersyukur sampai penuh sesak kalau tidak dibatasi dan enggak dijadwal," tambahnya.

Saat ini, Edi menjabat sebagai Kepala SDN 012 Silikuan Hulu. Ia bertanggung jawab terhadap proses pendidikan bagi 125 orang siswa yang mengenyam pendidikan di sana. Ia masih menyimpan satu harapan, yaitu perhatian dari pejabat setempat untuk memberikan bantuan buku kepada anak didiknya. Edi tahu, risiko tinggal di pedalaman adalah sulitnya akses dan minimnya dana untuk membangun. Namun, hal itu tentu tidak bisa dijadikan alasan untuk merenggut hak anak mendapatkan pendidikan terbaiknya. " Siapa tahu di antara mereka ada yang sukses," ujarnya penuh harap.